Berbeda dengan kebiasaan dalam dunia pendidikan modern - murid mencari guru, dalam dunia sufi tradisional, gurulah yang mencari murid. Dari pencarian itulah kisah terangkai dan hikmahnya memamcar sampai berabad-abad. Berikut salah satu kisah petualangan seorang syaikh (guru) sufi mencari murid dan suasana pertemuan keduanya.
Setelah pengembaraan yang menghabiskan sebagian besar usianya, sampailah Syams di sebuah daerah bernama Konya. Pagi itu, bulan November 1244, genap ia berusia 60 tahun, Syams berjumpa dengan Rumi.
Rumi tengah berada di padepokan memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Tiba-tiba, seorang pengemis tua bertanya kepada Rumi, "Siapakah yang lebih agung, Bayazid al-Bustami atau Nabi Muhammad Saw?". Rumi menatap pengemis tua itu, dan tanpa ragu ia menjawab, "Nabi Muhammad".
Syams, si pengemis tua itu berkata lagi, "Tapi bukankah Nabi berkata, 'Aku belum mengenalMu sebagaimana Engkau layak dikenal', sementara Bayazid berseru, 'Betapa agung kedudukanku, mahasuci dan mahatinggi diriku'.
Rumi membatin. Ia tidak tahu harus berkata apa. Melihat Rumi diam, Syams menjelaskan, "Kehausan Bayazid akan Tuhan segera terpuaskan setelah meminum seteguk air makrifat, sedangkan kehausan Nabi akan Tuhan tak pernah terpuaskan meski meminum seluruh samudra makrifat".
Rumi menjatuhkan dirinya, bersujud di kaki Syamsuddin Tabriz seraya menangis hingga tak sadarkan diri.
Sumber : Bayat, Mojdeh dan Muhammad Ali Jamnia. Tales from the Land of the Sufis
Setelah pengembaraan yang menghabiskan sebagian besar usianya, sampailah Syams di sebuah daerah bernama Konya. Pagi itu, bulan November 1244, genap ia berusia 60 tahun, Syams berjumpa dengan Rumi.
Rumi tengah berada di padepokan memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Tiba-tiba, seorang pengemis tua bertanya kepada Rumi, "Siapakah yang lebih agung, Bayazid al-Bustami atau Nabi Muhammad Saw?". Rumi menatap pengemis tua itu, dan tanpa ragu ia menjawab, "Nabi Muhammad".
Syams, si pengemis tua itu berkata lagi, "Tapi bukankah Nabi berkata, 'Aku belum mengenalMu sebagaimana Engkau layak dikenal', sementara Bayazid berseru, 'Betapa agung kedudukanku, mahasuci dan mahatinggi diriku'.
Rumi membatin. Ia tidak tahu harus berkata apa. Melihat Rumi diam, Syams menjelaskan, "Kehausan Bayazid akan Tuhan segera terpuaskan setelah meminum seteguk air makrifat, sedangkan kehausan Nabi akan Tuhan tak pernah terpuaskan meski meminum seluruh samudra makrifat".
Rumi menjatuhkan dirinya, bersujud di kaki Syamsuddin Tabriz seraya menangis hingga tak sadarkan diri.
Sumber : Bayat, Mojdeh dan Muhammad Ali Jamnia. Tales from the Land of the Sufis
0 comments:
Post a Comment