Oase Pengetahuan untuk menghilangkan dahaga spiritual para pencari "Kebenaran".

Al-Hallaj : Qurban Pertama Dalam Irfan

9:00 AM Posted by Almin Jawad Moerteza No comments

Alkisah, saat melewati sebuah gudang, jarinya menunjuk gundukan kapas yang teronggok. Ajaib, biji-biji kapas pun terpisah dari seratnya. Tidak hanya itu, ia juga mampu mengetahui pikiran orang dan menjawab berbagai pertanyaan sebelum pertanyaan itu disampaikan kepadanya. Karena peristiwa itu, ia dijuluki "Hallaj al-Asrar", Penggaru Segenap Kalbu.

Konon, tahun 913 M, ia mengalami titik balik spiritual. Setelah menyaksikan Sang Kebenaran, Hallaj, dalam mabuk mentahbiskan dirinya sebagai Sang Kebenaran. Dengan lidah ekstase, ia berujar, "Ana al-Haqq"-Akulah Sang Kebenaran. Atas pernyataannya itu, pemerintah yang berkuasa menjatuhkan hukuman mati padanya.

Sebelum hari eksekusi ditentukan, ia dijebloskan ke dalam penjara. Pada malam pertama dia dipenjara, al-Hallaj menghilang. Selnya kosong: tak berpenghuni sementara gembok pintu selnya masih tetap utuh. Di malam kedua, al-Hallaj beserta penjara yang ditempatinya pun menghilang. Dan dimalam ketiga, semuanya kembali seperti sedia kala.

Para sipir penjara keheranan. "Pada malam pertama, di mana engkau berada?", tanya para sipir. "Malam pertama, aku ada di hadirat Allah Swt karena itu aku menghilang. Malam kedua, Allah Swt hadir di sini, sehingga aku dan penjara lenyap. Pada malam berikutnya, aku diperkenankan untuk kembali", jawab al-Hallaj.

Setelah itu, kepada tiga ratus narapidana yang ditahan bersamanya dalam keadaan terbelenggu, ia berkata, "Aku akan membebaskan kalian semua". Para tawanan itu bingung. "Bagaimana mungkin engkau membebaskan kami jika kau sendiri terbelenggu? ", kata mereka. "Kita semua dalam belenggu Allah", jawabnya. Ia lalu menunjuk belengu yang melilit mereka dengan jarinya dan semua belenggu itu pun terlepas. Namun, para tawanan itu masih belum bisa bebas karena semua pintu terkunci. Hallaj menunjukkan jarinya pada tembok, dan tembok itu pun hancur.

"Engkau tidak ikut bersama kami?" tanya mereka. "Tidak. Ada rahasia yang hanya bisa diungkap ditiang gantungan", jawab Hallaj.

Hari eksekusi pun tiba. Al-Hallaj diseret ke tiang gantungan. Setan datang merayunya dengan berkata, "Engkau bilang 'aku' dan aku juga bilang 'aku'. Tapi, mengapa engkau memperoleh keabadian sedang aku mendapat kutukan?" Al-Hallaj menjawab, "Kamu bilang aku dan melihat dirimu sendiri, sementara aku yang aku katakan menjauhkanku dari ke-aku-anku. Aku beroleh rahmat dan kau mendapat kutukan. Melihat diri sendiri tidaklah benar, sedangkan memisahkan diri dari keakuan adalah amalan yang paling baik".

Akhirnya, Algojo memotong kedua tangannya. Al-Hallaj tersenyum dan berkata, "Mudah memotong tangan seseorang yang terbelenggu. Tetapi diperlukan jiwa kesatria untuk memotong tangan segenap sifat yang menjauhkan seseorang dari Allah: diperlukan usaha keras untuk memotong tangan yang terikat pada kecintaan dunia dan segala hal yang menjauhkan diri dari Tuhan". Algojo lalu memotong kedua kakinya. Al-Hallaj berkata, "Aku berjalan di muka bumi dengan dua kaki ini. Aku masih punya dua kaki untuk berjalan di akhirat. Potonglah jika kau mampu melakukannya".

Setelah itu, al-Hallaj mengusap wajahnya dengan darah dari kedua tangannya yang buntung. Orang-orang bertanya, "Mengapa kau usap wajahmu dengan darah?" Hallaj menjawab "Wajahku memucat karena aku telah kehilangan banyak darah. Kuusapkan darah ini di wajahku, agar tidak ada orang yang menyangka bahwa aku takut mati". "Lalu mengapa kau basahi lenganmu dengan darah?", tanya orang-orang itu lagi. Ia menjawab, "Aku sedang berwudu. Dalam shalat Cinta, hanya ada dua rakaat dan darah adalah air wudhunya".

Algojo mencungkil mata al-Hallaj. Orang-orang pun berteriak. Sebagian menangis, sebagian lagi membullynya: memaki dan mengutuknya. Setelah itu, telinga dan hidungnya dipotong.

Ketika lidahnya hendak dipotong, al-Hallaj meminta sedikit waktu dan menggumamkan doa, "Ya Allah, jangan Engkau usir orang-orang ini dari haribaanMu atas apa yang mereka lakukan. Mereka memotong tanganku karena Engkau semata. Mereka memenggal kepalaku juga karena keagunganMu. Segala puji bagi Allah, kekasih Hati para pencari Kebenaran".

Setiap kali bagian tubuhnya dipotong, terdengar suara gaib yang berseru, "Jangan takut putra Manshur".

Sisa tubuhnya dibiarkan di atas tiang gantungan. Keesokan harinya, algojo memenggal kepalanya. Saat kepalanya dipenggal, al-Hallaj tersenyum. Orang-orang berteriak histeris, tapi al-Hallaj merasa bahagia. Setiap potongan tubuhnya berseru "Akulah Kebenaran". Sedangkan tetesan darahnya yang jatuh di atas tanah membentuk nama Allah.

Mengenang hari itu, seorang guru sufi, Syaikh Saffar, berkata "Aku lebih percaya pada akidah Algojo ketimbang akidah al-Hallaj. Pastilah Algojo itu memiliki akidah yang kuat dalam menjalankan hukum Ilahi. Sebab seruan suara gaib bisa didengar begitu jelas, tetapi tangannya tetap mantap memutilasi putra Manshur itu".

Dalam "Tazkirah al-Awliya", 'Atthar berkata, "Saya heran, kita bisa menerima semak-belukar yang berujar 'Aku adalah Allah', saat Musa as beraudiensi dengan Allah dibukit Tursina, tetapi menolak ucapan al-Hallaj, 'Akulah Sang Kebenaran', padahal itu kata-kata Allah sendiri".

Rumi dalam "Matsnawi", mengatakan, "Kata-kata 'Akulah Kebenaran' adalah pancaran cahaya di bibir Manshur, sementara 'Akulah Tuhan' dari mulut Fir'aun adalah kemusyrikan yang nyata".

0 comments:

Post a Comment