Oase Pengetahuan untuk menghilangkan dahaga spiritual para pencari "Kebenaran".

Maulid: Buahkan Kecintaan Kepada Nabi II

5:29 PM Posted by Almin Jawad Moerteza No comments

Ayat-ayat Kitab Suci telah memujimu – bagaimana
bisa syair mudahku melukiskan kemuliaanmu.



Mengambil berkah dari peringatan Maulid Nabi SAW.
Dalam sebuah seminar tentang Maulid, saya pernah dibid’ahkan hanya karena menganjurkan Maulid sebagai bentuk kecintaan kepada Rasulullah. Menurut kawan saya yang ustaz itu, maulid merupakan kebiasaan jahiliah yang feodalistik. Waktu itu, saya hampir tidak melanjutkan pembicaraan. Tapi, segera saya mengurungkan niat saya itu. Saya lalu menunjukkan kepada dia bukti-bukti bahwa ulama yang ia kutip perkataannya – yang katanya membid’ahkan maulid – juga sebetulnya manganjurkan maulid. Jalaluddin As-Syuti, misalnya, yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyimpan perbendaharaan sunah Rasulullah kemudian dibukukan dalam bentuk prosa, puisi dan syair-syair pujian untuk Rasulullah dari orang-orang Anshar dan Muhajirin saat menyambut kedatangan Nabi di Madinah.
Di dalam shalawat juga, ada doa, misalnya dalam Shalawat Badriyah. Ada juga salawat lain yang terkenal dan dianggap sangat mujarab untuk mengatasi berbagai kesulitan. Karena itu, shalawat itu disebut dengan shalawat untuk melepaskan kesulitan atau Shalawat Munfarijah. Dan dalam shalawat itu terkandung pujian berupa salam kepada Rasulullah. Jadi, kebiasaan melazimkan shalawat adalah salah satu upaya kaum Muslim untuk memelihara kemuliaan Rasulullah.

Dulu, sebenarnya orangtua kita sudah meninggalkan “warisan” tentang cara mencintai dang menghidupkan keimanan kita dengan banyak membaca shalawat kepada Rasulullah, dengan tata cara yang telah dirumuskan. Misalnya, ketika seorang anak lahir, diadakan akikah yang di dalam marhabanannya dibacakan shalawat kepada Nabi Muhammad. Dibacakannya juga Al-Barzanji yang berisikan kisah-kisah kehidupan Rasulullah. Setelah itu, dikelilingkan kepada yang hadir pada resepsi itu, kemudian di telinganya diperdengarkan shalawat dan salam dari orang disekitarnya. Sekarang sains dapat membuktikan bahwa telinga anak yang baru lahir sudah dapat merekam suara yang ada disekitarnya.

Demikian pula saat anak hendak dikhitan, sebelum dibawah ke rumah sakit, seorang anak diperdengarkan dahulu dengan gemuruh suara lantunan orang yang membacakan shalawat dan salam kepada Rasulullah. Sama halnya dalam pernikahan, bahkan dikampung saya, Buton, pengantin lelaki akan diantar menemui pengantin perempuan dengan iringan rebana dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad. Dan kalau orang itu meninggal dunia, dibacakan tahlil dan dalam tahlilan itu dibacakan shawalat kepada Rasulullah untuk dimohonkan syafaatnya agar dapat menghidupkan keimanan orang yang meninggal dunia itu pada kebenaran di akhirat kelak.

Termasuk diantara cara mengikat atau menambah kecintaan kita kepada Rasulullah adalah mengkhususkan bulan kelahirannya dengan membacakan riwayat hidup beliau. Riwayat-riwayat yang ditulis para ulama itu disebut Maulid. Di Indonesia, peringatan hari kelahiran Nabi itulah yang disebut Maulid. Padahal, Maulid berarti tulisan-tulisan, baik prosa, puisi, syair dan sajak, maupun lain-lain yang menceritakan kisah Rasulullah dengan penuh kecintaan. Salah satu contohnya adalah Al-Barzanji yang sering di baca oleh orang di nusantara. Jadi, peringatan Maulid adalah salah satu rekayasa atau usaha kaum Muslimin untuk menyiramkan kecintaan kepada Rasulullah dengan berbagai kegiatan. Jika tengok kesusasteraan dunia Islam, kita akan dapati bahwa puisi, prosa, syair dan sajak banyak dihiasi oleh bacaan-bacaan shalawat. Contohnya, apa yang dilakukan oleh penyair Sana’i ketika ia bersenandung:

          Mengapa manusia, malaikat dan jin tak memujimu
          Padahal Allah SWT sendiri telah memujimu

Atau dalam bait-bait sajak penulis Spanyol, Lisanuddin ibn Al-Khatib:

          Ayat-ayat Kitab Suci telah memujimu – bagaimana
          bisa syair mudahku melukiskan kemuliaanmu.

Dalam tafsir Al-Durr Al-Mantsur karya Jalaluddin Al-Syuti, disebutkan bahwa dampak dan pengaruh mencintai Allah, Rasulullah, dan keluarganya, diantaranya ialah perasaan tentram di dalam hati.

Ketika menjelaskan ayat, Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, dengan zikir kepada Allah, hati menjadi tentram (QS. Al-Ra’d [13]:28), beberapa sahabat bertanya, “Siapakah yang tentram karena zikir kepada Allah?” Rasulullah bersabda, “Orang-orang yang tentram adalah orang yang mencintai Allah, mencintai Rasul-Nya, dan mencintai keluargaku dengan kecintaan yang tulus; bukan kecintaan yang dusta”. (Al-Durr Al-Mantsur, di dalam Jalaluddin Rakhmat, 2009, h. 205).

Sa’di, penyair sufi dari Persia, dengan indah menyuguhkan kepada kita puisinya;

          Balagha al-‘ula bi kamalihi
          Kasyafa al-duja bi jamalihi
          Hasunat jami’u hishalihi
          Shallu ‘alayhi wa alihi

          Mencapai ketinggian dengan kesempurnaan
          Menyingkap kegelapan dengan keindahan
          Sungguh indah seluruh perilakunya
          Samapaikan salam padanya dan keluarganya

Begitu pokoknya kecintaan kepada Nabi, sehingga di dalam shalat, kita akhiri salat kita dengan mengucapkan salam kepadanya dan kepada semua hamba yang saleh, yang masih tetap hidup di sisi Allah. Assalamu ‘alaika ayyuhan Nabi wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish Sahalihin.[]

0 comments:

Post a Comment