Oase Pengetahuan untuk menghilangkan dahaga spiritual para pencari "Kebenaran".

Nasehat Sa’di Buat Penguasa

9:59 AM Posted by Almin Jawad Moerteza 4 comments
Hati-hatilah pada jeritan hati yang terluka
Deritanya yang tersembunyi akan terlambat kau sadari
Jika mampu, jangan buat siapa pun menderita
Karena jeritan derita dapat mengguncang dunia. -- Sa'di --

The sufi poet of Persia.
Setelah Jalaluddin Rumi, Sa’di adalah pujangga sufi kedua yang paling saya kagumi. Ia tidak saja mengantarkan kita terbang menuju langit spiritual dengan kearifan. Dia juga membawa kita ke bumi sosial melalui kritiknya yang pedas kepada para penindas. Karena itulah, kisah-kisahnya yang bernada satire mengusik ketenangan para tiran. Puisinya yang tajam menggetarkan istana raja lalim.

Nasehat dan doanya membuat para penguasa gelisah di atas kasurnya yang empuk. “Bar ra’yat-e zhaif rahmat kun, ta az dusyman-e qawiy rahmat nabini”, kata Sa’di (Perlihatkan kasi sayangmu kepada rakyat yang lemah, supaya kamu dilepaskan dari gangguan musuhmu yang kuat). Nasihat itu ia berikan kepada seorang tiran yang meminta doa darinya untuk mengalahkan musuh-musuhnya ketika Sa’di sedang berziarah ke kuburan Nabi Yahya di Damaskus.

Jika di Yunani, raja dan rakyat datang ke tempat pemujaan Apollo yang terkenal di Delphi untuk meminta nasehat, maka di negeri penguasa, para tiran datang meminta nasehat kepada Sa’di. Kepadanyalah penguasa memohon doa dan meminta petunjuk. Dengan rendah hati, Sa’di menyampaikan nasehatnya. Raja yang mengikuti nasehatnya selamat. Sedang yang meremehkan nasehatnya semuanya binasa.

Dalam Gulistan, ia menyuguhkan tidak kurang dari 40 cerita untuk mengkritik para penguasa. Saya hanya akan menceritakan beberapa diantaranya (yang layak bagi kamu). Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran), Quran 54:4.

Alkisah, seorang zalim mengambil kayu bakar dari orang miskin dengan paksa. Kemudian, ia memberikannya kepada orang kaya. Seorang salih lewat di hadapannya dan memberi nasehat: “Apakah kamu ular yang mematok siapa pun yang kamu lihat, ataukah kamu burung hantu, di mana pun kamu duduk kamu mematuk siapa saja? Sekiranya kekejian kamu itu lewat begitu saja di hadapan kami, ia tidak akan luput dari pengamatan Tuhan. Hati-hati, penduduk bumi yang kamu zalimi akan melawanmu dengan doa mereka ke langit”.

Orang zalim itu tidak perduli dengan apa yang dikatakan si bijak. Suatu malam, api menjalar dari dapur, membakar bongkah-bongkah kayu, melahap seluruh kekayaannya, melemparkan dia dari ranjang yang empuk ke tumpukan debu. Saat itu orang saleh lewat lagi di hadapannya. Ia sempat nguping pembicaraan si zalim itu kepada kawan-kawannya, “Aku tidak tahu dari mana asal api yang membakar rumahku ini?” Orang saleh itu berkata, “Dari hati orang-orang miskin”.
Hati-hatilah pada jeritan hati yang terluka
Deritanya yang tersembunyi akan terlambat kau sadari
Jika mampu, jangan buat siapa pun menderita
Karena jeritan derita dapat mengguncang dunia
Seorang raja yang tidak adil bertanya kepada orang salih, “Bagiku, apa ibadah yang paling baik?” Ia menjawab, “Bagimu, ibadah yang paling baik adalah tidur di siang hari. Dengan begitu, kamu berhenti sejenak dari menindas manusia”.
Kudapati seorang tiran berbaring
Kataku, lebih baik bencana ini tetap terbaring
Siapa saja yang tidurnya lebih baik dari bangunnya
Lebih baik memilih mati orang yang jahat hidupnya
Raja Nusyirwan yang bijak.
Tidak hanya bercerita tentang para tiran, Sa’di juga berkisah tentang Nusyirwan, tokoh yang terkenal adil. Suatu waktu, Nursyirwan berburu. Pejabat teras istananya mempersiapkan segala kelezatan untuk makannya. Namun, garam tidak ada. Mereka mengutus seorang budak untuk mencari garam di desa terdekat. Budak itu pulang dengan membawa garam ditangannya. Nursyirwan bertanya, “Apakah sudah kau bayar garam ini?” “Tidak”, jawab budak itu. “Bayarlah garam yang kamu ambil”, seraya memberi budak itu beberapa keeping uang, “supaya pengambilan garam begitu saja tidak menjadi kebiasaan, nanti desa itu akan hancur”. Mereka berkata, “Apa ruginya? Kita hanya mengambil sedikit saja”. Raja berkata, “Semua kezaliman bermula dari yang sedikit. Kemudian setiap orang sesudah itu menambahnya, hingga akhirnya menjadi sangat besar”.
Jika raja makan sebutir apel dari kebun rakyat
Anak buahnya akan mencabuti semua pohonnya
Orang zalim tidak selalu abadi
Tetapi laknatnya akan terus lestari.
Sepertinya negeri ini butuh raja seperti Nursyirwan dan ulama seperti Sa’di, agar para penguasa tidak mencabut semua nyawa di negeri ini dan ulamanya tahu bagaimana memberi nasehat yang baik dan benar. Pasalnya, negeri ini menjadi langganan bencana yang beruntun. Sekiranya penguasa negeri ini meminta nasehat, maka sampaikan nasehat Sa’di seperti dalam kisah berikut ini:

Seorang sufi, yang doanya selalu dikbaulkan Tuhan, datang ke Baghdad. Seorang penguasa yang sangat kejam, Hajjaj bin Yusuf, memanggilnya. “Tolong mohonkan kebaikan untukku”, kata Hajjaj kepadanya. Sang sufi berdoa, “Tuhan, ambillah nyawanya”. “Demi Allah, doa macam apa ini?” kata Hajjaj. Dia menjawab, “Inilah doa yang baik untukmu dan untuk seluruh kaum Muslimin”.
Hai Penindas! Penindas rakyat tak berdaya
Betapa cepatnya kerajaanmu akan binasa
Apa untungnya kekuasaan bagimu
Ketimbang menindas, kematian lebih baik bagimu.[]

4 comments:

  1. saya suka sekali ini tulisan ta' kak, sa'di....
    selalu saja saya bilang suka sekali, karena memang begitu... tapi kali ini sa'di menambah kekaguman tulisan ta'!! keren kata anak2 jaman sekarang... hehehehe :)

    ReplyDelete
  2. @mba eti: makasih dah singgah, sering-sering saja singgah nah!!

    @kasim: makasih dinda, harap masukannya!

    @dilla: makasih sudah singgah!!

    @agung: reaksinya sama dengan raksinya Hajjaj, hehehe...

    ReplyDelete