Oase Pengetahuan untuk menghilangkan dahaga spiritual para pencari "Kebenaran".

Penebar Berkah dan Pendatang Laknat

1:43 PM Posted by Almin Jawad Moerteza No comments
“Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang mempercepat bencana”.
(Imam Ali bin Abi Thalib kw)

Carl Gustav Jung.
Salah seorang “bintang” psikolog terkemuka dalam ilmu kejiwaan bernama Carl Gustav Jung. Ia lebih terkenal sebagai bapak psikologi analitis. Jung semula adalah pendukung awal psikoanalisis. Bersama Freud, ia bekerja selama lima tahun. Tidak selalu keduanya sepakat. Jika Freud tetap memandang teramat penting pengalaman seksual, Jung menekankan dan menegaskan pentingnya pengalaman spiritual. Jung telah menaikkan psikonalisis dari "gejolak seksual" ke "kedamaian spiritual". Suatu hari, ketika keduanya berbincang tentang para psikolog di sebuah rumah tua di Wina, kepada Freud ia mengemukakan teori Synchronicity: An Acausal Connecting Principle – Keseimbangan: Sebuah Prinsip Hubungan Sebab-Akibat. Jung mengemukakan adanya keterhubungan kausalitas antara alam dan manusia. Perilaku manusia menentukan tindakan alam. Peliharalah alam dan alam menwarkan kepadamu kehidupan damai. Mengeksploitasi alam tanpa belas akan membuatnya menyuguhkan sejuta bencana buatmu. Apa pun yang Anda lakukan terhadap alam akan kembali pada diri Anda. Kesimbangan lahir dari hubungan sebab-akibat antara manusia dan alam.

Sebagai psikolog yang religius, Jung tidak saja percaya pada kausalitas empiris tapi juga meyakini – dan ini yang paling ditentang Freud – adanya sebab lain di luar diri manusia (selain naluri seksual yang dipercayai Freud) yang mendorong perilaku manusia untuk bertindak. Sebab itu tidak dapat ditangkap dengan panca indera. Ia tidak bisa diverivikasi. Ia adalah sesuatu yang mendatangkan kedamaian karena sifatnya yang spiritual. Dia gaib tapi Jung merasakannya begitu nyata. Kepada Freud, Jung ingin menegaskan pentingnya pengalaman spiritual tetapi Freud tetap memandang teramat penting pengalaman seksual. Sejak itulah, ia bercerai dengan Freud.

Dengan teori yang dikemukakan kepada kita dan dengan keyakinan yang damai, Jung menyampaikan kepada kita dua hal penting. Pertama, keseimbangan alam bergantung pada hubungan kausal antara manusia dan alam. Ini berarti kebaikan alam bergantung pada persahabatan manusia dengannya. Kedua, adanya isyarat kausalitas yang bekerja secara gaib, yang berada diluar jangkauan panca indera manusia. Singkatnya, kehadiran manusia yang baik di bumi akan membawakan kebaikan dan keseimbangan alam. Sebaliknya, kehadiran manusia buruk akan mendatangkan bencana bagi lingkungan sekitarnya. Tampaknya, teori Jung benar; pilih orang-orang baik untuk menjadi pemimpinmu dan negara akan mensejahterakan kamu, jadikanlah para koruptor sebagai wakil rakyat dan krisis moral bangsa akan merusak akhlaqmu. Prinsip keseimbangan itu diyakini Jung bekerja secara gaib.

Seperti Jung, kita juga meyakini bahwa ada orang-orang yang kehadirannya menebarkan kebaikan dan kesejahteraan kepada orang-orang di sekitarnya. Dan ada pula orang-orang yang kehadirannya mendatangkan bencana di sekitarnya. Kehadiran orang-orang itu menyebabkan Allah Swt menurunkan azab kepada mereka. Sama halnya dengan kita, orang Inggris mengenal dua istilah seperti itu. Yang pertama disebut blessing yang sering diterjemahkan rahmat atau berkah. Dan yang kedua dinamakan curse yang biasanya diterjemahkan laknat. Blessing adalah suatu manfaat yang timbul karena sebab gaib pada diri seseorang atau sesuatu. Suatu peristiwa yang bermanfaat yang tidak bisa dijelaskan kecuali dengan logika mistis atau logika spiritual. Sedangkan curse, lawan kata dari blessing, yakni bencana yang timbul akibat sebab-sebab batin yang tidak bisa kita lihat.

Kepada kita, Alquran menunjukkan kebenaran teori dan keyakinan Jung jauh sebelum Jung menemukan teori dan mengemukakan keyakinannya. Di dalam Alquran pada surah Al-Anfal (8):33, Allah Swt berfirman: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka membaca istigfar”

Bedasarkan ayat di atas, para ulama berpendapat bahwa ada 2 hal yang akan mencegah kita dari azab Allah, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Pertama, kehadiran Rasulullah atau orang-orang shaleh ditengah-tengah kita. Kedua, kalau kita melazimkan istigfar atau membiasakan meminta ampun. Karena ketaqwaannya, Nabi memiliki kedudukan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Berkahnya pun meliputi alam semesta, maka kehadirannya membuka pintu berkah kepada orang-orang di sekitarnya. Kehadiran Nabi, mengenyangkan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang telanjang, mengayakan orang yang fakir dan mengubah para gembala menjadi penguasa dunia. Dan tidaklah Kami mengutus engkau, melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam (21:107).

Rasulullah sendiri menggambarkan konsep laknat dan berkah ini dengan membuat perbandingan mengenai orang yang bergaul dengan orang jahat dan dengan orang yang saleh. Kata Rasulullah, kalau Anda bergaul dengan orang saleh, Anda seperti bergaul dengan pedagang minyak wangi. Walupun Anda tidak kecipratan minyak wangi itu, Anda tetap tercium wangi oleh orang-orang disekitar Anda. Dan jika Anda bergaul dengan orang-orang jahat, maka Anda seperti bergaul dengan pandai besi. Walaupun Anda tidak tercoreng arangnya, paling tidak Anda sesak napas karena kepulan asapnya.

Dalam hadis tersebut Nabi sebetulnya sedang melukiskan konsep berkah dan konsep laknat. Orang-orang yang bergaul dengan orang-orag saleh akan seperti orang yang menjadi harum karena minyak wangi; dan orang-orang yang bergaul dengan ahli maksiat juga akan kecipratan laknat seperti itu. Kata nabi, “Man jaalasa al-ulama kaman jaalasani, man jaalasani kaman jaalasa rabbi”, barang siapa yang duduk bersama ulama maka dia duduk bersamaku dan barang siapa yang duduk bersamaku maka dia duduk bersama Tuhanku.

Kalau orang-orang yang mendatangkan berkah adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, lalu siapa yang mendatangkan laknat kepada orang-orang di sekitarnya? Orang yang dilaknat oleh Allah dan kemudian laknatnya menular kepada orang-orang di sekitarnya adalah orang-orang durhaka yang hidup mewah, orang-orang sombong yang memutuskan silaturahim (orang-orang yang tidak perduli dengan sesama).

Kepada orang yang hidup mewah ditengah orang-orang miskin, Allah memperingati, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS. Al-Isra’ [17]:16). Kepada orang sombong yang tidak perduli dengan sesama, Allah menasehati, “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan suapaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itu yang memperoleh laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (QS. Ar-Rad [13]:25). Tidak seperti kehadiran Nabi dan orang-orang saleh, kehadiran orang-orang durhaka yang hidup mewah dan kedatangan orang-orang sombong menyebabkan orang kenyang kelaparan, orang kaya menjadi faqir, orang yang punya pakaian menjadi telanjang dan orang sejahtera memperoleh bencana.

Imam Ali bin Abi Thalib kw pernah berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang mempercepat bencana”. Ketika sahabatnya bertanya: “Siapa yang mendatangkan bencana dan dosa apa yang mendatangkan bencana itu? Imam menjawab: “Ialah orang-orang yang tidak perduli dengan sesama,”. Ajaibnya, wakil rakyat di negeri ini menghambur-hamburkan uang disaat rakyatnyat tertimpa musibah. Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi.., (Quran 7:96). Jung mungkin bukan wakil rakyat, tetapi pengetahuannya dan perhatiannya kepada sesama telah mendatangkan berkah. Jung memiliki kepekaan ruhaniahnya jauh lebih tajam dari pejabat di negeri ini yang tampil dengan dandanan ‘asesoris’ wakil rakyat (padahal penyamun bertopeng wakil rakyat) di depan rakyatnya.

Saya ingin menutup pembicaraan kita dengan menyampaikan bela sungkawa dari Taufik Ismail kepada saudra-saudara kita yang tertimpa musibah yang redaksinya sedikit saya ubah tapi tidak maknaya (semoga beliau memaafkan saya) :
Kami segenap rakyat Indonesia
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Nusantara
Hari itu..
Ini dari kami saudaramu
Pita hitam
Pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi saudara-saudara kami
Yang tertimpa musibah
Beberapa hari yang lalu.[]

0 comments:

Post a Comment